Kisah sang pemotivasi
Tapi itu cuman bisa dibuktikan oleh kalian sendiri. Jadi, semangat buat jalanin kehidupan baru, karena penantian memang sudah berakhir, tapi perjuangan baru dimulai. Jadi... selamat datang di INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG! Kami tunggu kisah-kisah seru kalian di institut terbaik bangsa ini.” - Formasi B (forum mahasiswa ITB bogor)
Itulah pesan pertama dari seorang mentor terbaiku ka Deni Sutisna Putra (Fisika Teknik ITB 2014) yang menjadi kata pendahuluan bagiku untuk kemudian bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Institut Teknologi Bandung. Banyak cerita yang mendampingi perjuanganku untuk bisa bergabung dengan kampus yang katanya kampus terbaik bangsa ini.
Di saat orang lain mungkin ingin masuk ITB karena kualitas pendidikannya yang baik. Aku mempunyai alasan yang sedikit berbeda, aku ingin masuk ITB bukan hanya karena kualitas pendidikan nya yang hebat apalagi hanya karena gengsi atau prestise semata, aku ingin masuk ITB hanya dengan satu alasan sederhana, yaitu ITB adalah satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri yang menjamin bahwa aku masih bisa lanjut sekolah. ITB memberiku asrama, makan dan biaya hidup 950.000/bulan.
Aku ingin masuk ITB itu karena aku ingin kuliah. Aku ingin masuk ITB karena ITB memberikan jaminan kepada orang sepertiku bahwa mereka tak akan mengeluarkan mahasiswanya hanya karena alasan finansial semata.
Untuk mengejar keinginanku untuk kuliah di ITB, hari-hariku kebanyakan aku habiskan untuk mempelajari materi-materi SBMPTN, yaitu sekitar 8 bulan menuju pelaksaan SBMPTN 2015. Aku belajar seperti itu, karena aku ingin kuliah, aku berfikir aku tak mungkin mengandalkan SNMPTN karena selain dari sekolahku tak pernah ada siswanya yang masuk ITB lewat jalur undangan, di sekolahkupun aku bukanlah siswa terbaik. Jadi aku selalu berfikir “peluangku masuk ITB lewat SNMPTN itu sangat tipis, jadi aku pikir kesempatanku hanyalah di SBMPTN saja”.
Di tanggal 9 mei 2015, saat aku sedang mengikuti program persiapan SBMPTN 2015 yang diadakan LPP Masjid Salman ITB, tepat pukul 17:48 WIB ternyata Allah berkehendak lain padaku. Dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya, Dia menganugerahkan kepadaku amanah besar berupa “Selamat Anda Diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB”. Allahuakbar.... napasku hampir berhenti dan air mataku tak berhenti mengalir ketika aku membaca tulisan itu. Tuhan telah memberikan jalan-Nya padaku. Dia telah mengabulkan doaku dengan begitu cepat. Aku kemudian berfikir bahwa “selama kita percaya pada Tuhan, segala hal yang terlihat mustahil bagi kita bisa saja terlaksana dengan mudahnya”.
Setelah kejadian yang mengharukan itu, perjuanganku di ITB pun dimulai. Ternyata banyak hal yang tak sesuai perkiraanku. Aku selalu berfikir bahwa mahasiswa ITB itu super kaku, bawa buku kemana-mana, kerjaannya cuma belajar, individualis dan yang paling sering terdengar adalah ‘anak ITB itu sombong’. Ternyata itu semua SALAH TOTAL. Dalam pandanganku, mahasiswa ITB itu asik banget, cerewet, suka ngobrol, suka nge game, chat line 999+ setiap harinya, ngelawak di kelas bahkan di fakultasku banyak banget yang hobinya tidur (termasuk aku. Hehe). Mahasiswa ITB itu super fokus semuanya. Kalau lagi main game yaa fokus main dan ga mikirin pelajaran, kalau lagi chat line yaa fokus line ga mikirin game dan ketika saatnya belajar yaa fokus sama belajar dan ga mikirin hal-hal yang lain. Malah ada satu jargon mahasiswa STEI yang mungkin terdengar sangat aneh yaitu “Skripsi ga boleh ngeganggu Dota dan Dota ga boleh diganggu sama skripsi”. Hehe... aneh kan?
Di sela-sela kegiatan akademik ITB yang padat, dan ketika uang Bidik Misi tak kunjung cair hingga tanggal 21 oktober 2015, aku memutuskan untuk bekerja sampingan sebagai pengajar privat SMA. Untuk bertahan hidup di ITB, aku hanya mengandalkan gaji dari lembaga privat itu, aku tak berani meminta kiriman uang dari keluarga di rumah, karena aku tahu merekapun masih membutuhkan uang untuk keperluan hidup mereka sehari-hari. Bagiku, bayaran dari privat sudah cukup untuk menemani perjuanganku di kampus Ganesha empat tahun kedepan.
Untuk kalian semua, adik-adikku dari sabang sampai merauke. Aku harap kalian bisa menjadi bagian dari kampus Institut Teknologi Bandung. Berjuang bersama untuk menjadikan indonesia lebih baik kedepannya. luruskan niat kalian untuk hanya belajar demi mengharap ridho Tuhan yang Maha Esa. Aku memberi pesan kepada kalian bahwa “Tak ada bumbu rahasia dalam segala hal. Keyakinan kalianlah yang membuat semuanya menjadi mungkin. Disaat kalian kehilangan keyakinan, maka saat itulah kita telah kehilangan sebagian besar hidup kita. Berusahalah, karena dunia tak akan ramah kepada seseorang yang hanya mengandalkan keberuntungan”. Kalian semua pasti bisa, masih ada banyak waktu untuk kalian semua mempersiapkan diri menuju cita-cita kalian menjadi bagian dari keluarga besar Institut Teknologi Bandung. Kalau kalian belum beruntung SNMPTN, kalian masih punya kesempatan di SBMPTN. Jangan pernah berputus asa karena ITB tak mengenal mental seorang yang senantiasa berputus asa. Ingatlah bahwa Tuhan selalu bersama kalian dan senantiasa mendengar doa-doa kalian.
“Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar